Jumat, 02 Desember 2011

Kebun, bukan Kebun


Sebenarnya sudah sejak lama bapak mengajak jalan-jalan ke area sebidang tanah yang pernah dibeli kakek di daerah Moncongloe, hanya saja pikirku perjalanan akan terasa membosankan kalau hanya berdua dengan bapak, disamping waktu itu kan masih sibuk dengan urusan kuliah.

Keluarga sih biasa menyebutnya kebun, tapi sebenarnya bukan kebun, karena tanahnya agak tandus dan memang sebenarnya tanah ini dibeli hanya sebagai Investasi kalo satu waktu harganya meningkat.

Tanggal 25 september 2011,
akhirnya rencana lama terealisasi ke kebun kakek (Almarhum). Dan terpaksa bapak naik motor sendiri karena sekarang aku sudah punya boncengan, Istriku. perjalanan ke moncongloe lewat Antang Luar biasa dahsyat, Aspal rusak berbatu dan lubang dimana-mana, beberapa potong jalan sudah diberi perkerasan beton tapi sebagian besar masih dalam kondisi rusak parah.


Disambut pemandangan Rumah adat tradisional Bugis-Makassar yang tak terurus, dan tanah tandus disekitarnya, capek dan panas akhirnya terbayar, akhirnya niat lama tercapai juga. Sementara bapak sibuk menunjukkan batas area lahan, aku tak berhenti mengamati  sebidang tanah peninggalan kakek.

Bertiga, Bapak, AKu dan istriku menyusuri pinggiran area tanah yang ditumbuhi pohon mangga, bawa pulang ah, sebagai cendra mata dari Kebun peninggalan kakek. 


Lihat juga :
Peletakan batu pertama GOR Indor UNHAS
- Si Super.. man!



2 komentar:

  1. Bagus sekali rumahnya dan pohonnya berdampingan di kelilingi tanah tandus.
    seperti dimana begitu..

    sebagai seorang arsitek, apa gambaran masa depan tanah itu yang ada di pikiran ta bro?

    BalasHapus
  2. kalo melihat gelagat perkembangan kota sepertinya kalo jadi perumahan akan menguntungkan.
    Tapi kalo keinginan sendiri, kalo jadi kebun lebih asik, tapi akses ke sana masi sulit jadi tidak ada yg jaga.

    BalasHapus