Kamis, 23 Desember 2010

Berjalan dengan nyawa keempat.

Kutinggalkan pare-pare tanpa firasat apapun. tidak seperti biasa, hari itu panas terik matahari begitu melelahkan, diperpburuk dengan kondisi jalan yg masih dalam perbaikan. Sempat terucap dalam hati “lain kali mending naik kendaran Umum”
Waktu menunjukkan pukul 16:00, setibanya di kota Kab.Barru singgah sholat Ashar dulu seklian melepas lelah yg hampir tidak tertahankan lagi sementara masih tersisa ¾ perjalan.
Setelah istirahat yg lebih lama dari biasanya, lanjut perjalanan yg sudah lebih ringan krn awan yg menutupi matahari  (jadi lupa dengan keluhan sebelumnya :D)
2 jam waktu berlalu, akhirnya tiba di batas kota Makassar, masuk area jalan Tol Reformasi tiba-tiba hujan mengguyur tapi tak berhenti sedetik pun dan tak menghiraukan pakaian yg basah, perjalanan lanjut terus, toh sampai rumah bisa langsung ganti pakaian.
Membayangkan suasana rumah seakan saat itu sudah tiba di depan pintu,  sampai saat aku tersungkur mencium permukaan jalan. Ban depan piter terperosot kebahu jalan yg lebih rendah, dengan konsentrasi yg sudah tdk maksimal, tangan kiriku meraba Hanphone di saku celana yg berdering sedari tadi, tak terhindarkan akhirnya piter hilang keseimbangan
3 detik berjalan lambat, dengan kondisi wajah yg untungnya masih tertutup helem terseret di permukaan jalan beton itu, mataku membelalak menatap ban mobil Truk Kontainer yg seakan berputar pelan siap menggilas. Entah kenapa yg teringat adalah kejadian puluhan tahun lalu di jalan Trans Sulawesi tepat di depan Pon-Pes DDI Mangkoso Barru waktu salah seorang santri tahun pertama kepalanya tergilas mobil Bus dan isi kepalanya berceceran di jalan. Mungkin agar lebih siap menghadapi kemungkina itu, Entahlah. Syukur aku yg sdh tdk berdaya berhenti tepat sesaat Ban belakang Mobil Truk Kontainer itu berlalu.    
Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan, hampr lagi. Kini aku berjalan denga nyawa keempat setelah tiga sebelumnya sudah terpakai dan hampir Mati. Pertama kejadian tahun 2006 yg meski selamat nyaris kehilangan kedua kakiku dan efeknya masih sampai sekarang. Kedua terjadi di malam tahun baru 2009-2010, pengendara ugal-ugalan melaju kencang dengan motornya yg nyaris menabrak aku yg menyebrang di Jl.Urip sumoharjo, sakin mepetnya sampai terasa anginnya yg menderu. Ketiga di bulan penghujung 2010 Jl.Tol Reformasi.   

Seakan mengingatkan kalau Maut bisa datang tiba-tiba, kapan saja dan dimana saja.
Aku masih diberi kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar