Kamis, 02 Desember 2010

Into The Wild

Mau cerita sedikit tentang film biography yg sy tonton semalam, judulnya Into the Wild bercerita tentang seorang pemuda yg baru lulus dari Emory University dan memutuskan untuk menjalani kehidupan yg bebas tanpa tekanan menuju Alaska.
Saya coba menulis sesuai dengan apa yg saya ingat dan semoga tdk melenceng dari apa yg sutradaranya sudah buat.
Diawali dengan adegan seorang ibu yg di tengah malam terbagun dari tidur dengan penuh rasa khawatir merasa mendengar suara anak lelakinya yg pergi entah kemana. Setting berpindah di tengah tumpukan salju yg menutupi smua permukaan tanah sehingga yg terlihat hanya putih dan sedikit pucuk pohon, sebuah mobil menyusuri jalan dengan dua orang di dalamnya, salah seorang keluar dari mobil dan mengemasi barangnya dan berlalu menembus hutan yg sudah tdk hijau lagi krn salju tebal. Ia berjalan jauh sampai akhirnya menemukan Sebuah mini Bus yg kosong bekas ditinggal orang, mengecek ke sana kemari naik ke atas kap mobil sambil berteriak " Ada Orang....?" dan mengulanginya hingga tiga kali dan sambil tersenyum girang ia menjawab sendiri " I don't thingk so"
Alurnya kemudian kembali ke 2 tahun sebelumnya, 1990 sesaat sebelum ia memulai petualangannya mencari kebebasan yg ia maksud.
Di tengah acara kelulusan sekolah namanya di sebut "Christopher McCandless.." Ia menuju panggung dengan berlari dan melompat ke atas -sesuatu yg tdk lumrah untuk sebuah acara kelulusan-, Sebagai hadian kelulusan orang tuanya menghadiahkan sebuah mobil baru yg kamudian ia pertanyakan "siapa yg mengatakan kalo aku butuh mobil baru.., mengapa selalu saja tentang barang ini dan barang itu."
"AKu ingin melanjutkan kuliah di Harvard" katanya. mendengar hal itu kedua org tuanya jadi gembira sementara adik perempuannya yg juga hadir di restoran itu hanya ikut tersenyum. kemudian ia meminta sejumlah uang yg katanya untuk membeli bebrbagai keperluannya nanti di sana. tapi ternyata justru dipakai untuk keperluan petualangannya.sebelumberangkat ia menghancurkan semua identitas Dirinya mulai dari katu pengenal sampai kartu ATM.
Petualangan di mulai, ia mengendarai mobil kuningnya ke Tepi pantai melihat matahari terbenam hingga akhirnya tertidur tapi di tengah malam Ombak besar yg menghantam mobil membangunkannya. Esok harinya ia meninggalkan mobil kuning itu yg sudah terjebak lumpur dengan mencabut plat mobil dan membuangnya d tempat sampah untuk menghilangkan jejak.
Iapun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki d tepi jalan sambil melambaikan tangan menharap tumpangan. sebuah karafan dengan -sy kira- sepasang suami istri memberinya tumpangan, sepanjang jalan mereka mengobrol hingga menjelang sore dan memutuskan istirahat. malam hari pun tiba, entah apa yg ia rasakan waktu mendengar kedua teman barunya itu bercumbu d dalam tenda tapi hal itu membuatnya memutuskan berpisah dan melanjutkan perjalanannya sendiri.
Petualangan berlanjut  sampai pada satu waktu ia beristirhat di tepi jembatan dan memakan sebuah Apel yg menurutnya adalah Apel terenak dari ratusan apel yg pernah ia maka, "begitu terasa manisnya, setiap incinya begitu berkesan" katanya mengekspresikan betapa setiap detik dari perjalanannya yg penuh kebebasan bgt berarti.
Ia melanjutkan hidupnya dengan bekerja d pertanian. satu saat Bosnya bertanya apa yg kamu cari sebenarnya.? aku ingin ke alaska dengan bebas -tanpa tekanan-, di tengah perasaan nyaman bekerja d pertanian sang Bos terlibat kasus yg menghruskannya d tahan kepolisian. Chris memutuskan meninggalkan pertanian dan melanjutkan perjalanan menembus Meksiko.
Karena ditanya tanda pengenal di perbatasan negara yg ia tdk punya, ia memilih menumpang secara ilegal di kereta barang. sesampai d tengah kota dan sempat terlunta2 dengan kondisi badan yg dekil. Ia sempat tergoda tuk kembali setelah melihat seorang pemuda seumurannya hidup dengan sangat layak yg membuatnya tekad melanjutkan petualangan degan menelusuri sungai yg deras dengan Kano.
Tiba d kota lain, sempat ingin menelphon keluarganya namun melihat seorang pria tua yg lebih membutuhkan koin satu2nya yg dimiliki.Ia pun memberikannya  dan batal memnghubungi keluarga yg sudah stress menghawatirkan anaknya.
-Ditengah film baru ketahuan kalo ternyata ia dari keluarga yg dasarnya Broken Home-
Ia sempat bekerja d sebuah gerai makanan cepat saji namun ketika salah seorang karyawan memintanya memakai alas kaki yg lebih layak ia lebih memilih berhenti.
Ia bertemu seorang Pria paruh baya  yg menawarkan tumpangan. setelah mengobrol panjang lebar ternyata pria veteran perang ini tertarik dengan sosok Chris dan petualangannya yg membuat mereka akrab. hingga tiba saat mereka berpisah dan si Pria paruh baya mengungkapkan keinginannya tuk mengadopsi Chris.. " bisakah kita membicarakan ini setelah aku kembali dari Alaska.."jawab Chris singkat.
1992 Akhirnya mencoba menemukan arti kebebasan yg ia maksud di tengah Hutan dengan sebuah mini Bus usang yg hanya sisa bodynya saja sebagai rumahnya. hidup dengan bekal seadanya dan secukupnya. setiap detik perjalanannya ia catat dalam buku kecilnya hari2 diisi dengan berburu dan coba resapi setiap hembusan nafas, detak jantung dan tiap detik Waktu.
Musim salju berakhir, sampai saat tdk ada lg hewan yg dapat di buru, dengan kondisi tubuh yg kian hari makin Kurus -psikologi sedikit lail- Chris memilih mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sebagai sumber makanan, dengan berbekal informasi dari buku ia memilih dengan selektif daun yg aman di konsumsi. Esok harinya tubuhnya terasa aneh dan perutnya kesakitan, ia mengerang menahan sakit, beranjak mengambil buku mencob amnengecek apa yg salah, ternyata ia salah membaca nama tanaman dengan yg seharusnya tdk aman di konsumsi karena beracun dan menyebabkan Kematian.
Mengetahui hidupnya tdk akan lama lagi di bagian tengah salah satu buku bacaanya ia menuliskan arti kebahagiaan yg telah ia dapat "HAPPINESS ONLY REAL WHEN SAHARED"
-Christopher Johson McCandless 12 Feb 1968-18 Augst 1992-

Film yg menarik menurutku apalagi di dasari atas kisah nyata namun dengan durasi 2 jam lebih ditambah sy nontonnya malam sempat bikin ngantuk juga.
Ambil pelajaran dari film ini sesuai versi kita masing-masing.
Point 7/10

Director: Sean Penn 

Writers:Sean Penn (screenplay), Jon Krakauer (book)

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar